Selamat datang di Blog Pribadi Untuk Sosial Dan Semua

Makna Sekufu' Dalam Menikah Part 2

24 Oktober 20140 komentar



Dalam ceritanya, seperti yang dituturkan oleh Aisyah ra sendiri, bahwa dalam tradisinya ketika hendak melakukan perjalanan Rasulullah SAW selalu mengundi istri-istrinya dalam sebuah bentuk undian, dan nama yang terpilih itulah istri yang akan menemani Rasulullah SAW keluar.
Ketika Rasulullah SAW hendak keluarga dalam ekspedesi perang Bani Musthaliq, nama Aisyah ra-lah yang keluar, sehingga dalam ekspedisi itu beliau yang menemani Rasulullah SAW.
 Ketika dalam perjalanan pulang dari peperangan, dan Aisayah ra memasuki haudaj-nya, sebuah tempat khusus yang mungkin bisa kita sebut dengan tandu yang biasa dinaiki oleh putri raja dalam banyak film. Ketika waktu istrahat Aisyah ra keluar dari tandunya untuk sebuah keperluan, dan pergi menjauh dari pasukan.
Setelah selesai melaksanakan hajatnya, Aisyah ra bergegas kembali ke pasukan, namun belumlah tiba beliau merasa kehilangan kalung yang ada lehernya, lalu beliau bergegas kembali ketempat dimana tadi membuang hajat. Dan Alhamdulillah pada akhirnya ketemu dengan kalung tersebut.
Lagi-lagi Aisyah ra bergegas menemui pasukan, namun ternyata pasukan sudah berjalanan, mereka yang membawa tandu Aisyah ra merasa yakin jika Aisyah ra sudah kembali masuk ke haudaj-nya, kebetulan pada waktu itu badan Aisyah ra belum terlalu besar, sehingga tidak terlalu beda antara tandu dalam keadaan kosong dengan tandu yang sudah ada Aisyah-nya.
Aisyah ra berusa mengejar pasukan, namun tidak kunjung bertemu, akhirnya beliau kembali ketempat semula dimana pasukan berhenti, berharap bahwa ada pasukan yang nanti mundur kebelakang mencari beliau.
Karena badan dalam keadaan capek, akhirnya Aisyah ra tertidur disana, tanpa tahu kejadian ini dan itu. Tiba-tiba dari belakang jalan muncul sosok Sufyan bin Muatthal yang memang terlambat pulang.
Sufyan bin Muatthal mengenali bahwa sosok perempuan yang tertidur dipinggir jalan itu adalah istrinya Rasulullah SAW, walaupun dalam keadaan berhijab. Merasa heran akhirnya Sufyan berucap: “Innalillah”, mungkin beliau kaget mengapa Aisyah ra berada disitu.
Aisyah ra terbangun dari tidurnya karena mendengar ucapan tersebut, dan dalam pengakuannya Aisyah ra mengatakan bahwa Sufyan bin Muatthal tidak berbicara apa-apa kecuali terus mengulang kalimat Innalillah.
Dalam diamnya Sufyan bin Muatthal mendekatkan kuda atau untanya agar dinaiki Aisyah ra. Dan beliau -sekali lagi- tidak berbuat macam-macam dan tidak juga berbicara banyak hal, kecuali hanya banyak mengulang kalimat Innalillah.
Setibanya di Madinah mulailah ada desas-desus yang menggosipkan bahwa sudah terjadi apa-apa antara Aisyah ra yang suci dengan Sufyan bin Muatthal. Isu ini bertahan hingga satu bulan.
Awalnya Aisyah ra tidak tahu dengan pemberitaan ini, karena selama satu bulan itu beliau kurang enak badan, tidak keluar rumah, mungkin capek perjalanan, terlebih itu adalah perjalanan perang, bukan perjalanan senang-senang dari Puncak.
Justru Aisyah ra tahunya dari pembantunya yang bernama Misthah. Keadaan Aisyah ra semakin terpuruk setelah pengetahuannya tentang isu yang beredar. Aisyah ra menangis sedih semalaman, dan paginya pun masih menagis.
Dalam pengakuannya Aisyah ra seakan berujar: “Pantas saja saya merasa ada yang beda pada diri Rasulullah SAW dalam sebulan terakhir.” Sikap Rasulullah SAW dirasa tidak seromantis sebelum-sebelumnya.
Dalam keguasarannya Rasulullah SAW meminta pendapat sebagin sahabanya. Zaid bin Usamah menguatkan, bahwa tidak mungkin Aisyah ra akan berbuat mesum seperti yang diisukan oleh orang-orang, namun sebagian sahabat yang lainnya dalam bahasa sindirannya seakan mengatakan bahwa masih banyak perempuan lainnya.
Dalam kedaan seperti itu pada akhirnya Rasulullah SAW berujar:
يا عائشة، فإنه قد بلغني عنك كذا وكذا، فإن كنت بريئة فسيبرئك الله، وإن كنت ألممت بذنب فاستغفري الله ثم توبي إليه، فإن العبد إذا اعترف بذنب ثم تاب، تاب الله عليه
“Wahai Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentangmu ini dan itu, jika memang engkau bersih dari tuduhan itu niscaya Allah akan mensucikanmu, namun jika memang engkau sudah berbuat dosa, maka meminta ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah, sungguh jika seorang hamba mengakui kesalahannya dan mau bertobat, Allah akan menerima taubatnya”
Sambil menangis Aisyah ra meminta pembelaan dari Ayah dan Ibunya yang juga hadir pada waktu itu, tapi kedua orang tua Aisyah ra juga bingung mau berkata apa kepada Rasulullah SAW. Dalam keadaan penuh haru Aisyah ra hanya bisa mengulang perkataan Ayahnya nabi Yusuf as:
فصبر جميل والله المستعان على ما تصفون
“Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (QS. yusuf: 18)
Dihari itu jugalah, setelah satu bulan lamanya isu beredar Allah SWT menurunkan firmannya yang menjelaskan tentang kebohongan para penebar isu dan menyatakan akan kesucian Aisyah ra dari tuduhan keji tersebut.Lalu turun QS. An-Nur: 11-20. Allahu Akbar!
Jadi inilah tema sentral dari ayat yang sekarang menjadi pembahasan kita. Pengetahuan ini penting sekali untuk diketahui, agar ayat ini mula-mula kita fahami dulu sesuai dengan konteks dimana ayat ini turun, dan apa yang melatar belakangi turunnya, barulah kemudian ayat ini bisa kita bawa untuk menuju hikmah berikutnya yang mungkin akan kita dapatkan selanjutnya
Share this article :

Posting Komentar

Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..

 
Support : Qye Ducky | Creating Website | Qye Course | Masduki | PAYTREN YUSUF MANSUR
Copyright © 2016/1437.H qyeowner.com - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Masduki Ibnu Zeeyah
Proudly powered by Blogger