Makna Ayat
Kata al-khabitsat pada ayat
diatas setidaknya difahami dengan dua makna; Perkataan keji atau perempuan yang
keji, pun begitu dengan kata at-thayyibat bisa difahami dengan dua makna
yag sama: Perkataan yang baik atau laki-laki yang baik.
Sebenarnya kedua pemakaan tersebut
bisa kita ambil semua tanpa harus membuang salah satunya, dalam ilmu tafsir
perbedaan pemaknaan ini masuk dalam kata gori ikhtilaf at-tanawwu’ dimana
memungkin bagi kita untuk mengambil semua makna yang aslinya tidak saling
bertentangan.
Jika kita fahami bahwa al-khabitsat
itu bermakna perkataan yang keji, maka kira-kira makna ayat tersebut akan
seperti ini: Perkataan keji itu hanya untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki keji itu memang layak mendapatkan perkataan yang keji, sedang
perkataan baik itu untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik itu
memang layak untuk mendapatkan perkataan yang baik.
قال ابن عباس: الخبيثات من القول للخبيثين من الرجال،
والخبيثون من الرجال للخبيثات من القول. والطيبات من القول، للطيبين من الرجال،
والطيبون من الرجال للطيبات من القول
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas ra,
seperti yang dinukil oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Al-Quran
Al-Azhim.
Namun jika kita memahaminya dengan
arti perempuan yang keji, maka makna ayat tersebut akan seperti ini: “Perempuan
yang keji itu untuk laki yang keji, dan laki-laki yang keji itu untuk perempuan
yang keji pula, sedang perempuan yang baik itu untuk laki-laki yang baik, dan
laki-laki yang baik itu untuk perempuan yang baik pula”
وقال
عبد الرحمن بن زيد بن أسلم: الخبيثات من النساء للخبيثين من الرجال، والخبيثون من
الرجال للخبيثات من النساء، والطيبات من النساء للطيبين من الرجال، والطيبون من
الرجال للطيبات من النساء
Ini adalah pendapat Abdurrahman bin
Zaid bin Aslam, juga seperti yang ditulis oleh Ibnu Katsir dalam kitab
tafsirnya.
Seperti yang sudah kita singgung
diatas, bahwa kedua pemakanaan ini satu dengan yang lainnya bisa saling
melengkapai, kedua pemaknaan ini mengarah kepada satu tema; pensucian Aisyah ra
dari perkataan keji orang-orang munafik yang menebar isu miring tentang istri
Rasulullah SAW ini.
Bahwa perkataan keji yang itu adalah
isu panas yang tersebar dimana-dimana semestinya hanya untuk perempuan keji,
bukan untuk perempuan yang suci. Pun begitu bahwa perempuan yang yang keji itu
hanya untuk laki-laki yang keji pula.
Bagaimana mana mungkin isu keji itu
diarahkan kepada sosok Aisyah ra yang suci. Dan mustahil rasanya istri
Rasulullah SAW, orang yang paling bertaqwa didunia ini, adalah peremuan yang
keji (berbuat mesum).
Itulah rahasianya mengapa kata al-khabitsat
itu didaluhulukan, karena maksud awalnya adalah sesegera mungkin mensucikan
sosok Aisyah ra atas isu yang melanda beliau, begitu menurut Ibnu Asyur dalam
kitabnya At-Tahrir wa At-Tanwir.
Imam Al-Maraghi dalam Tafsir
Al-Maraghi menguatkan bahwa memang sudah sunnahnya mereka yang mempunyai
kesamaan itu akan bersatu, dan bersatunya Rasulullah SAW dengan Aisyah ra
sebagai bukti bahwa Aisyah ra bukanlah perempuan keji seperti yang diisukan.
Posting Komentar
Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..