Nabi dalam hadisnya pernah menjelaskan tentang
orang muslim kelak diakhirat akan mengalami kebangkrutan (muflis) karena ketika
meninggal hanya membawa pahala salat, puasa dan haji. Disisi lain dia tidak mampu membangun kesalehan sosial yaitu berbuat
kebajikan atas sesamanya, bahkan cenderung menjadi orang yang mementingkan
dirinya sendiri. Dalam teks hadis tersebut Nabi menerangkan bahwa pahala ibadah
ritual merek
akan ditukarkan dengan dosa-dosa orang yang mereka sakiti atau langgar
hak-haknya ketika hidupnya di dunia.
Dalam sebuah hadis yang lain Nabi Muhammad
memberi apresiasi tiga bentuk kesalehan sosial yang dalam bahasa hadis tersebut
disebut sebagai: sodaqatun jariyatun, ilmun yuntafa'u bihi, dan waladun shalihun
yad'ulah. ketiganya merupakan sebuah amalan yang pahalanya tak pernah pupus dan
bertambah terus meski orang yang beramal tersebut sudah meninggal.
Ketiga bentuk kesalehan sosial diatas jika
ditinjau dari perspektik pengelolaan manajemen modern sebenarnya bisa dipahami
sebagai upaya sistimatis Nabi menancapkan tiga tonggak dasar pembangunan
masyarakat modern yaitu memperkuat infrastruktur masyarakat, membangun sain dan
teknologi dan menyiapkan sumberdaya manusia yang handal.
Melihat fenomena masyarakat Islam sekarang
terlihat bahwa mereka lebih mengedepankan kesalehan ritual (simbolik) daripada
kesalehan sosial, seperti mereka lebih suka beribadah haji berkali-kali
daripada consern membangun fasilitas pendidikan, pemimpin mereka lebih peka
terhadap hal-hal yang bersifat menjaga kemurnian dan kebakuan sebuah ajaran
dari pada peka menyelesaikan problem sosial masyarakat dengan melakukan
reinterpretasi ajaran atau bahkan kalau perlu melakukan dekonstruksi ajaran. Bukankah
agama diturunkan untuk kemaslahatan manusia? Seharusnya sudah waktunya agama
banting stir dari orientasi halal haram dari perspektif hukum kepada orientasi
pelayanan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan perinsip mencari kemudahan untuk
sampai kepada kemaslahatan dan kesejahteraan.
Kesimpulan
Islam bukan
agama formalistik-ritualistik. Menjadi Muslim yang taat ritual saja tidak
cukup. Ketaatan ritual harus berefek positif terhadap tindak-perilaku di arena
kehidupan sosial; harus mewujud dalam bentuk kesalehan yang membaikkan dan
memajukan kehidupan sesama di wilayah
kehidupan nyata dengan segala dinamika yang diusungnya.
Islam adalah agama yang utuh-menyeluruh. Ajaran-ajarannya satu sama lain saling terkait, saling berpadu. Ibadah-ibadah formalnya menyatu dengan tugas-tugas sosialnya. Ketaatan-ketaatan individualnya harus terefleksi dalam kesalehan-kesalehan komunalnya. Yang ritual-formal, yang komunal-sosial, yang vertikal-langit, yang horisontal-bumi, semuanya bermuara pada satu tujuan: kebaikan, kesejahteraan serta kemajuan manusia seutuhnya dan seluruhnya.
https://www.facebook.com/AqilaTambun?bookmark_t=page
https://www.facebook.com/pages/Pondok-Yatim-Daarussalam/146836378807157?ref=hl
https://www.facebook.com/PrismaDaarussalam?ref=hl
Posting Komentar
Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..