Oleh: Masduki Ibnu Zeyah,HS
A. Pendahuluan
Metode penelitian tafsir yang selama ini dikenal terdapat
empat klasifikasi, yaitu (1) tafsir tahlily 'analitis', (2) tafsir ijmaly
'global', (3) tafs muqaran 'perbandingan', dan (4) tafsir maudhu'i
'tematik' (Al-'Aridl 1994:4). Keempat konsep ini mudah disebutkan, tetapi tidak
begitu mudah menuntun orang ke pemahaman seluk-beluk metode untuk diturunkan ke
teknik yang dimaksud, karena keempat konsep tersebut masih memerlukan teknik yang
bersifat operasional. Maka ancangan, metode, dan teknik yang dipakai oleh
kalangan linguistik struktural terutama yang dipelopori oleh de Saussure dan
dikembangkan oleh Bloomfield, dan lain-lain dapat dijadikan sebagai alternatif
dalam menafsirkan ayat-ayat Alqur'an. Teknik yang dimaksud adalah (1) teknik
substitusi (ganti), (2) teknik ekspansi (perluas), (3) teknik intrupsi (sisip),
(4) teknik delisi (lesap), dan (5) teknik permutasi
Bila ditelaah, para
mufassir yang telah menghasilkan beberapa kitab tafsir yang cukup populer di
kalangan kita, seperti kitab tafsir al-Kasysyaf oleh al-Zamakhsyari, kitab
tafsir Jalalain oleh Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti, kitab
tafsir al-Baidhowi, dan lain-lain telah meggunakan ancangan linguistik
struktural. Sebuah karya yang lebih dahulu dari pada munculnya konsep
linguistik struktural tersebut perlu menjadi perhatian untuk dikaji lebih
mendalam agar tidak terjadi stagnasi metodologis terutama dalam membedah
struktur kalimat pada setiap ayat.
Contoh penafsiran dalam Tafsir al-Kasysyaf:
ولله المشرق والمغرب
(1a) bagi Allah timur dan barat
(Al-Zamakhsyari II: 118)
Al-Zamakhsyari menafsirkan ayat tersebut adalah sebagai
berikut.
و[بلاد] المشرق
و[بلاد] المغرب [كلها] لله
(1b) Dan [negeri] timur dan barat [serta seluruh negeri
adalah] milik
Allah
Contoh (la) menunjukkan bahwa al-Zamakhsyari dalam
menafsirkan ayat menggunakan teknik permutasi (teknik balik), yaitu membalik
kata Allah yang semula berada di depan kalimat lalu ditempatkan diakhir
kalimat. Di samping itu contoh tersebut juga menunjukkan adanya penyisipan kata
bilad 'negeri' dan al-ardh kulluha 'seluruh negeri'. Penyisipan
ini dalam analisis linguistik struktural disebut dengan istilah teknik intrupsi
(sisip).
Contoh lain di dalam kitab tafsir Jalalain dapat disimak
pada potongan ayat berikut ini.
أيتها
العير انكم لسارقون
(2a) Hai [unta], sesungguhnya
kamu adalah orang-orang yang mencuri
أيتها
[القافلة] انكم لسارقون
(2b) Hai [kafilah], sesungguhnya
kamu adalah orang-orang yang mencuri
Contoh (2a)
menunjukkan adanya penggantian kata, yaitu al-'ir-u yang asalnya
bermakna unta, lalu diganti dengan al-kafilat-u ‘kafilah’. Contoh di atas menunjukkan bahwa pengarang Kitab
Tafsir Jalalain (al-Suyuti dan aI-Mahalli) telah menggunakan teknik ganti
(substitusi) dalam mengurai maksud ayat.
Dua contoh penafsiran di atas membuktikan bahwa para
penafsir Alqur'an telah menggunakan analisis ilmiah terhadap satuan lingual
kebahasaan dengan ancangan analisis linguistik struktural dalam membedah makna
yang terkandung di dalam Alqur'an. Maka tulisan ini memfokuskan dua hal penting
yaitu: (1) mengungkap bentuk metode dan teknik penafsiran secara struktural
yang dipergunakan di dalam menafsirkan ayat Alqur’an, dan (2) urgensi metodologis
dalam menafsirkan satuan lingual pada setiap ayat Alqur’an.
Tujuan pembahasan ini adalah untuk
(1) mendeskripsikan metode dan teknik penafsiran
pada Kitab Tafsir Jalalain, dan (2) mengetahui pentingnya penggunaan metode dan
teknik penafsiran dan Kitab Tafsir Jalalain terhadap satuan lingual kebahasaan.
Sedangkan kegunaannya dapat disebutkan sebagai berikut: Pertama, metode dan teknik penafsiran
ayat Alqur'an yang dilakukan oleh para penafsir klasik sebenarnya banyak
variasinya yang perlu diungkap. Secara teoretik dan metodologis mereka belum
mengungkapkan jenis maupun macamnya, tetapi secara praktis para penafsir telah
membuat pola-pola yang dapat diamati sesuai dengan metode linguistik struktural
yang dikembangkan sekarang ini. Maka dalam kitab tafsir Jalalain, perlu
diadakan identifikasi secara metodologis, terutama yang terkait dengan
penggunaan metode dan teknik analisis (penafsiran) satuan lingual kebahasaan. Kedua, memberikan sumbangan secara
teoretik terhadap kajian metodologis Ilmu Tafsir dan Ilmu Alqur'an. Hal ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan sumbangan -bahkan- mengisi
kekosongan metodologis terhadap penafsiran ayat Alqur'an sesuai dengan
teori-teori linguistik baru. Ketiga, memberikan masukan sesuai dengan ancangan teoretik terhadap pengembangan
metodologis untuk dapat dipertimbangkan sebagai sebuah metode yang layak
dipakai dalam menafsirkan ayat-ayat Alqur'an.
B. Mengenal Tafsir Jalalain
Kitab Tafsir Jalalain
disusun oleh dua ulama terkemuka yang kemudian dikenal dengan nama dua Jalal (jalalain) sebagai penanda nama sebuah
kitab. Mereka itu adalah Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi. Nama
lengkap Jalaluddin al-Mahalli adalah Jalaluddn Muhammad ibn Ahmad ibn Ibrahim
ibn Ahmad ibn Hasyim al-Mahalli al-Mishri al-Syafi'i. Sedangkan Jalaluddin al-Suyuthi
nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman ibn kamal al-Din Abi Bakr ibn Muhammad ibn
Sabiq al-Din ibn Fahr al-Din ibn Utsman ibn Nasir al-Din Muhammad ibn Saif
al-Din al-Khidhiri Jalaluddin al-Suyuthi al-Mishri al-Syafi'i. al-Mahalli lahir
di Kairo pada tahun 791 H/1389 M dan wafat pada tahun 864 H.
Kitab tafsir ini sebelum
selesai di tangan Jalaluddin Al-Mahalli kemudian disempurnakan oleh Jalaluddin
Abd Al-Rahman Al-Suyuthi. Di samping Al-Mahalli dikenal sebagai seorang
mufasir, dia juga dikenal faqih, ahli
kalam (theolog), ahli ushul, ahli nahwu, dan menguasai mantiq (logika).
Sedangkan Jalaluddin
Al-Suyuthi, lahir lima belas tahun sebelum meninggalnya Al-Mahalli, Tepatnya pada
tahun 849H/1445 M dan wafat pada tanggal 9 Jumadal 'Ula tahun 991 H. Al-Suyuthi
termasuk penulis produktif dan banyak karyanya yang cukup monomental dan
referensi inti di pesantren di Indonesia dan perguruan tinggi Islam. Di antara
karyanya yang dikenal luas adalah al-ltqon
fi Ulum Alqur’an dan al-Durr al-Manshur
fi Tafsiri bi al-Ma’tsur.
Tafsir Jalalain ditulis
dengan menggunakan pendekatan bi al-ra'y
yaitu menafsirkan Alqur’an berdasarkan ra'y
dan ijtihad. Maka logis bila para ulama membuat klasifikasi Tafsir Jalalain ke
dalam kategori tafsir bi al-ra'y.
Kitab tafsir tersebut merupakan salah satu kitab pegangan di kalangan ahl al-Sunnah di antara kitab-kitab
tafsir bi al-ra'y lain seperti Tafsir al-Baidhawy, Tafsir al-Fahr al-Razy, Tafsir Abu Su'ud, Tafsir al-Alusi, Tafsir
al-Naisaburi dan kitab-kitab tafsir bi
al-ra'y lainnya yang berkembang di kalangan ahl al-Sunnah.6 Pengkategorian kitab Tafsir Jalalain ke
dalam kitab tafsir bi al-ra'y ini
juga diungkap oleh Mana' Qaththan dalam bukunya ”Mabahits fi 'Ulum Alqur’an”.
Semula kitab ini ditulis
oleh Jalaluddin al-Mahalli yang dimulai dari awal surah al-Kahfi sampai dengan
akhir surat Annas. Setelah itu beliau menafsirkan surah al-Fatihah sampai
selesai, kemudian beliau wafat sehingga tidak sempat menafsirkan surat-surat
sesudahnya. Hasil karya Al-Mahalli yang belum selesai dan terpublikasikan
secara luas, kemudian dilanjutkan oleh Jalaluddin al-Suyuthi dengan pola dan
gaya yang sama sebagaimana ditulis oleh Al-Mahalli. Beliau memulai tafsirnya
dari surah al-Baqarah sampai dengan
akhir surah al-lsra'. Dan tafsir surah al-Fatihah beliau letakkan pada akhir
tafsir Jalaluddin al-Mahalli agar terletak berurutan dengan karyanya. Namun,
seringkali silang pendapat dikalangan mufassir dalam menentukan kadar kerja
mereka masing-masing.
Adapun metode penafsiran
Tafsir Jalalain adalah sebagai berikut.
1.
Mengutip suatu ayat sampai selesai satu ayat
kemudian disertai penjelasannya. Terkadang dalam satu ayat (satu ayat belum selesai dikutip)
terdapat sisipan penjelasan maupun analisisnya
2.
Analisis dalam Tafsir
al-Jalalain terkadang berupa murādif, penjelasan makna suatu lafadz tertentu
dari ayat Alqur’an, qira’ah, i’rab kalimat, tidak di jelaskannya fawatih al-suwar (penafsirnya
menyerahkan pengertiannya kepada Allah), dan masih banyak lagi.
C. Metode dan Teknik Linguistik
Metode dalam ilmu pengetahuan adalah cara yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditemukan. Sistem merupakan suatu susunan yang berfungsi dan bergerak; ilmu
memiliki objek yang dapat dikaji secara sistematis (Fatimah Djajasudanna
1993:57). Metode dan teknik adalah dua istilah yang digunakan untuk menunjukkan
dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan langsung satu sama lain.
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah
cara melaksanakan metode. Sebagai cara, kejatian teknik ditentukan adanya oleh
alat yang dipakai (Sudaryanto 1993:9). Metode kajian kebahasaan dapat dibedakan
antara metode kajian padan dan metode kajian distribusional (lihat Sudaryanto
1993; Edi Subroto 1992; Fatimah Djajasudarma 1993).
1. Metode
Padan
Metode Padan –sering pula disebut metode identitas- ialah
metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual
penentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari
bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (lihat
Sudaryanto 1993). Sudaryanto (1993) membagi metode padan atas lima macam,
yaitu:
·
Metode referensial (referential [identity] method),
di mana alat penentunya adalah kenyataan atau segala sesuatu (yang bersifat
luar bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa.
·
Metode fonetis artikulatoris (articulatory phonetic
[identity] method), di mana alat penentunya organ atau alat ucap
pembentuk bunyi bahasa.
·
Metode translasional (translational [identity] method),
di mana alat penentunya bahasa atau lingual lain.
·
Metode ortografis (ortographic [identity] method),
di mana alat penentunya perekam dan pengawet bahasa atau tulisan.
·
Metode pragmatis (pragmatic [identity] method}, di
mana alat penentunya adalah lawan bicara.
2. Metode
Distribusional
Metode Distribusional sebenarnya adalah metode analisis
linguistik yang dikembangkan oleh kalangan linguistik strukturalisme model
Amerika, yang lebih dikenal dengan sebutan kaum "Neo-Bloomfieldians".
Metode ini pada dasarnya merupakan reaksi terhadap Metode Padan yang pada
umumnya dipakai di dalam linguistik tradisional. Karena cara bekerjanya
berdasarkan logika yang bersifat spekulatif, maka Metode Padan itu ditentang
habis-habisan oleh linguistik struktural.
Metode distribusional atau metode agih (istilah Sudaryanto), yaitu menganalisis sistem bahasa
atau keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan
perilaku atau ciri-ciri khas kebahasaan satuan-satuan lingual tertentu.
Teknik-teknik analisis yang tercakup dalam metode
distribusional antara lain dapat berupa:
1) Teknik Urai
Unsur Terkecil 'Ultimate Constituent Analysis' (UCA)
Teknik Urai Unsur Terkecil dimaksudkan mengurai suatu
satuan lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya. Unsur terkecil yang
mempunyai makna biasanya disebut "morfem". Dalam
bahasa Arab unsur terkecil biasa disebut dengan istilah harf. Contoh : Berlari,
unsur terkecilnya adalah “ber-” dan “lari”. Contoh lain dalam Bahasa Arab: Haza
manzilatuka 'ini rumahmu', unsur terkecilnya adalah haza 'ini', manzil-u
'rumah', dan ka 'kamu'
2)
Teknik Pilah Unsur Langsung 'Immediate Constituent Analysis' (ICA )
Teknik
ini berdekatan dengan teknik urai unsur terkecil, yaitu memilah atau mengurai
suatu konstruksi tertentu (morfologis atau sintaksis) atas unsur-unsur
langsungnya. Contoh: Ia pergi ke Jogja ("ia",
'pergi", dan "ke Jogja").
3) Teknik Lesap (delisi)
Teknik delisi adalah suatu unsur atau suatu satuan
lingual yang menjadi unsur dari sebuah
konstruksi (morfologis atau fraseologis) dilesapkan atau dihilangkan serta
akibat-akibat struktural apa yang terjadi dari pelesapan itu. Teknik ini pada
hakekatnya adalah pengurangan unsur dari sebuah konstruksi. Contoh: Tadi pagi,
ia pergi ke Jogjakarta
Konstruksi "pergi ke Jogjakarta", apakah unsur
"ke" pada contoh di atas bersifat wajib atau tidak. Bila
"ke" dihilangkan maka akan menjadi: "pergi Jogjakarta".
4) Teknik Ganti (substitusi)
Teknik ganti (substitusi) yaitu
menyelidiki adanya kepararelan atau kesejajaran distribusi antara satuan
lingual atau antara bentuk linguistik yang satu dengan satuan lingual lainnya. Contoh:
”Mereka
pergi ke sekolah”, dan ”Amin pergi ke sekolah”
Kata "Mereka" sekelas, sekategori, dan sejenis
dengan kata "Amin", maka pernyataan itu berdasarkan fakta bahwa dalam
satuan kalimat dan kekata tertentu keduanya saling menggantikan atau saling
digantikan,
5) Teknik Perluas (ekspansi)
Teknik perluas adalah teknik
memperluas satuan lingual tertentu (yang dikaji atau yang dibahas) dengan
"unsur" satuan lingual tertentu baik perluasan ke kiri atau ke kanan.
Teknik berguna untuk: (a) mengetahui identitas satuan lingual tertentu, dan (b)
mengetahui seberapa jauh satuan lingual yang dikaji itu dapat diperluas baik ke
kiri maupun ke kanan. Contoh : "Rumah baru dapat diperluas menjadi
"rumah [yang] baru", "dalam rumah baru", "dalam sebuah
rumah baru", "di dalam rumah yang baru", dan sejenisnya.
6) Teknik Sisip (interupsi)
Teknik sisip adalah kemungkinannya menyisipkan suatu
unsur atau satuan lingual tertentu terhadap suatu konstruksi yang sedang kita
analisis. Contoh : Orang besar, bisa disisipi "yang" atau "yang
agak", orang [yang] besar, orang [yang agak] besar, dan seterusnya.
7) Teknik Balik (permutasi)
Teknik balik ialah kemungkinannya unsur-unsur (langsung) dan sebuah satuan
atau konstruksi (morfologis atau fraseologis) dibalikkan urutannya. Teknik ini
bertujuan menguji tingkat keketatan relasi antarunsur (langsung) suatu
konstruksi atau satuan lingual tertentu. Contoh: (1) Bir baru, berbeda dengan
"baru bir" dan (2) Ali memukul Norton, berbeda dengan "Norton
memukul Ali".
Frase "bir baru" yang
termasuk frase endosentris atributif benar-benar berbeda dan "baru
bir" (belum produksi yang lain) yang dipakai dalam konstruksi
mempertentangkan. Kalimat Ali memukul Norton, berbeda dengan Norton memukul
Ali, karena kalimat pertama Ali berperan sebagai agentif (pelaku) dan Norton
sebagai pasientif (penderita), sedangkan dalam kalimat kedua Norton berperan
sebagai agentif (pelaku) dan Ali sebagai pasientif (penderita).
Konstruksi ini tidak gramatikal. Maka "ke"
tersebut bersifat wajib.
D. Analisis
Untuk mendeskripsikan pola atau bentuk penafsiran
di dalam kitab Tafsir Jalalain dan mungkin sebagian terdapat data tafsir
al-Kasyasyaf sebagai data tambahan di sini hanya dipergunakan lima teknik yang
termasuk kategori Metode Distribusional. Kedua teknik seperti Teknik Urai Unsur Terkecil 'Ultimate
Constituent Analysis' (UCA) dan Teknik Pilah Unsur Langsung 'Immediate
Constituent Analysis' (ICA) tidak menjadi fokus analisis sekalipun kedua
teknik tersebut juga dipergunakan di dalam kitab tafsir Jalalain, al-Kasysyaf, al-Baidhowi,
dan lain-lain seperti analisis i’rab.
Bahkan di dalam kitab tafsir al-Miqbas oleh Ibn Abbas juga di analisis fawatih al-suwar.
Kelima teknik yang menjadi fokus analisis di dalam
tulisan ini adalah (1) teknik substitusi (ganti), (2) teknik ekspansi
(perluas), (3) teknik interupsi (sisip), (4) teknik delisi (lesap), dan (5) teknik
balik (permutasi).
1. Teknik Substitusi (teknik ganti)
a. Bentuk Analisis
Struktural
Teknik substitusi yang
dipergunakan di dalam penafsiran ayat Alqur'an dibagi menjadi empat kategori,
yaitu (1) kategori partikel, baik berupa harf
maupun isim dlamir dhahir, (2)
kategori fi’il (verba), (3) kategori isim (nomina), dan (4) kategori idlāfah (bentuk frasa nomina).
Kategori huruf
‘partikel’ terdiri atas harf jar, harf syarth, harf tamanni, dan isim dhahir, contoh harf ‘partikel’ "bi"
disubstitusikan dengan "an":
(3a)
|
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ
وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا [بِـٍٍ]رَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
|
(3b)
|
....
ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا [عن]رَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
|
(3a)
|
Segala puji bagi Allah
telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, kemudian
orang-orang yang kafir “dengan” Tuhannya mereka mempersekutukan-Nya (QS.Al-An'am,
6:1)
|
(3b)
|
... Kemudian orang-orang kafir [terhadap]
Tuhannya mereka mempersekutukan-Nya
|
Contoh 3a menunjukkan
bahwa partikel bi ‘dengan’
disubstitusikan dengan partikel ‘an ‘terhadap’.
Dengan demikian partikel ‘bi’ tidak
menunjukkan arti yang sebenarnya mengingat bahwa partikel tersebut berkolokasi
(berdampingan) dengan kata rabbihim. Karena partikel bi biasanya digunakan terhadap sesuatu
yang memiliki kesetaraan. Sementara arti
bi yang berkolokasi dengan Tuhan menunjukkan arti hubungan yang
berdekatan atau tidak berjarak, yaitu antara rabb dan him ‘mereka atau hamba’. Namun ayat tersebut
menunjuk pada pembangkangan orang-orang kafir terhadap Tuhannya, sehingga dari
segi semantis dilihat dari konteks ayat tidak menunjuk pada relasi yang berdekatan
atau berjarak antara hamba yang mendurhakai dengan Tuhannya.
Bentuk fi’il 'verba' unzirakum disubstitusikan
dengan ukhawwifakum, contoh:
(4a)
|
قُلْ أَيُّ
شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ
إِلَيَّ هَذَا الْقُرْءَانُ [لِأُنْذِرَكُمْ] بِهِ وَمَنْ
بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ ءَالِهَةً أُخْرَى قُلْ
لَا أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ
|
|
(4b)
|
... وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْءَانُ [لِأُخوفكُمْ] بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ...
|
|
(4a)
|
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat
persaksiannya? Katakanlah:
"Allah, Dia yang menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Alqur'an ini
diwaliyukan kepadakn supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan
kcpada orang-orang yang sampai
Alqur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang
lain di samping
Allah?". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang
Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
(dengan Allah). (QS.Al-An’am, 6:19).
|
|
(4b)
|
... dan Alqur'an ini diwahyukan kepadaku
supaya dengannya [aku memberi peringatan] kepadamu dan kepada
orang-orang yang sampai Alquran (kepadanya)....
|
Bentuk nomina akinnatan dan waqran disubstitusikan
dengan ughtiyatan dan shamaman,
contoh:
(5a)
|
وَمِنْهُمْ
مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ [أَكِنَّةً] أَنْ
يَفْقَهُوهُ وَفِي ءَاذَانِهِمْ [وَقْرًا] وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ ءَايَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا حَتَّى إِذَا
جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا
أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ(25)
|
|
(5b)
|
... وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ [أَغطية] أَنْ
يَفْقَهُوهُ وَفِي ءَاذَانِهِمْ [صمما] ...
|
|
(5a)
|
Dan di antara mereka ada orang yang
mendengarkan [bacaan]mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas
hatimu (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di
telinganya. Dan
jikapun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak man beriman
kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu,
orang-orang kafir itu berkata: Alqur’an ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu (QS.Al-An’am, 6:25).
|
|
(5b)
|
Dan di antara mereka ada orang yang
mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan [tutupan] di
atas hatimu (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) [sumbatan]
di telinganya...
|
b. Urgensi Metodologis
Teknik ini dipergunakan untuk menyelidiki
adanya kepararelan atau kesejajaran distribusi antara kosa kata (mufradat)
yang satu dengan lainnya. Tafsir Jalalain lebih banyak menggunakan
teknik ini dalam menafsirkan ayat Alqur’an. Di antara kegunaannya adalah (1)
untuk memperjelas maksud satuan lingual dalam sebuah ayat, (2) untuk melihat
relasi semantik senonimik baik dalam bentuk satuan lingual tertentu maupun
kalimat dalam sebuah ayat, dan (3) untuk melihat adanya fitur distingtif
(penanda pembeda) untuk melihat relasi semantik antonimik dalam mengemukakan makna
ayat yang dimaksud.
Relasi semantik
sinonimik sebagai upaya menambah perbendahaan kosa kata dalam sebuah penafsiran,
di antaranya adalah:
Bentuk Fiil ‘Verba’
|
Bentuk Isim ‘Nomina’
|
||||
No
|
Ayat
|
Tafsir
|
No
|
Ayat
|
Tafsir
|
1
|
أنذركم
|
أخوفكم
|
1
|
أكنة
|
أغطية
|
2
|
تنسون
|
تتركون
|
2
|
وقرا
|
صمما
|
3
|
ختم
|
طبع
|
3
|
لقاء الله
|
البعث
|
4
|
نصرف
|
نبين
|
4
|
الساعة
|
القيامة
|
5
|
تمترون
|
تشكون
|
5
|
الموتى
|
الكفار
|
6
|
ضل
|
غاب
|
6
|
البأساء
|
شدة الفقر
|
7
|
أرئيتم
|
أخبروني
|
7
|
الضراء
|
المرض
|
8
|
يجحدون
|
يكذبون
|
8
|
ضر
|
بلاء
|
9
|
ينأون
|
يتباعدون
|
9
|
بغتة أو جهرة
|
ليلا أو
نهارا
|
10
|
|
|
10
|
كلمات الله
|
مواعيده
|
2. Teknik Perluas
(Ekspansi)
a. Bentuk Analisis Struktural
Teknik perluas ini dipergunakan untuk memperluas kosa
kata tertentu dalam sebuah ayat dengan "unsur" satuan lingual
tertentu. Perluasan bisa terjadi ke sebelah kiri atau ke kanan. Teknik ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu: (1) bentuk perluas ke sebelah kiri, dan (2) bentuk
perluas ke sebelah kanan. Contoh
(6a)
|
يُخَادِعُونَ اللَّهَ
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا [يَشْعُرُونَ ...]
|
(6b)
|
يُخَادِعُونَ اللَّهَ
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا ]َ يعلمونَ ان خداعهم راجع
اليهم]
|
(6a)
|
Mereka tidak menipu kecuali kepada diri mereka sendiri,
namun mereka tidak merasa (QS 2:9)
|
(6b)
|
Mereka tidak menipu kecuali kepada diri mereka sendiri,
namun mereka tidak [mengetahui
bahwa tipuan mereka akan kembali kepada mereka sendiri]
|
Kata yasy’urūn
pada contoh 6a berarti sadar, kata
ini disubstitusikan dengan kaya ya’lamūn yang berarti mengetahui. Antara
menyadari dan mengetahui memiliki relasi semantik sinonimik, karena ada
kesamaan arti bahwa keadaan sadar adalah mengetahui apa yang terjadi. Demikian pula kata tahu
berarti dalam keadaan sadar. Kata ini
dinegasikan dengan kata tidak yang
berarti tidak sadar atau tidak tahu.
Kalimat mereka
tidak sadar merupakan bentuk kalimat yang dipersingkat strukturnya. Dari
segi arti kalimat ini dapat diperluas strukturnya ke sebelah kiri sebagaimana
contoh 6b, [ ...dan mereka tidak mengetahui bahwa tipuannya akan kembali
kepada mereka sendiri]. Kalimat lanjutan ini merupakan bentuk penjelasan
secara konkret terhadap kalimat sebelumnya.
Contoh 6c dapat diperluas pula ke sebelah kanan sekaligus
dengan mengganti struktur kalimat pada ayat berikut, contoh:
(6c)
|
... وَ[هم في ذلك] يَخْدَعُونَ أَنْفُسَهُمْ [حيث يمنونها الاباطيل ويكذبونها فيما
يحدثونها به] وَمَا يشعرون
|
(6c)
|
[Dan mereka dalam
hal itu] menipu diri mereka sendiri [dengan mengharapkan perbuatan
sesat dan mendustakan diri mereka sendiri melalui pembicaraan mereka].
|
Contoh 6c menggunakan teknik perluas baik ke sebelah kiri
maupun ke sebelah kanan. Atau dengan kata lain bisa dilakukan ekspansi sebelum dan sesudah
kalimat dengan mengubah struktur bentuk negatif menjadi positif atau dari
jumlah fi’liyah menjadi jumlah ismiyah. Huruf nafi mā
‘tidak’ yang bertujuan untuk menegasikan suatu pembicaraan dilesapkan bersamaan
dengan kata illā ‘kecuali’.
Contoh lain pada surat Al-Baqarah dapat disimak sebagai
berikut.
(7a)
|
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ...
|
(7b)
|
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا [بما
أنزله من القرآن لكفرهم به] ...
|
(7a)
|
Di dalam hati mereka
terdapat penyakit, lalu Allah menambahkan penyakit itu
|
(7b)
|
Di dalam hati mereka
terdapat penyakit, lalu Allah menambahkan penyakitnya [--dengan diturunkannya Alqur’an akibat
kekufurannya---]
|
Penambahan kalimat [---disebabkan atas
diturunkannya Alqur’an oleh Allah akibat
kekufurannya---] merupakan bentuk perluasan ayat ke sebelah kiri. Bentuk perluasan ini
merupakan penjelas terhadap diktum ayat yang memerlukan keterangan lebih
lanjut. Teknik ini biasanya dipergunakan untuk menafsirkan ayat-ayat yang
berbentuk majaz, perbandingan, dan metaforis.
b. Urgensi Metodologis
Teknik Perluas adalah teknik memperluas kosa
kata tertentu dalam sebuah ayat dengan "unsur" satuan lingual
tertentu baik perluasan ke sebelah kiri atau ke kanan. Teknik dipergunakan
untuk: (1) mengetahui identitas suatu ayat tertentu, (2) mengetahui seberapa
jauh ayat Alqur'an yang dikaji itu dapat diperluas baik ke kiri maupun ke
kanan, dan (3) mengetahui maksud tuturan suatu ayat yang lebih luas.
3. Teknik Interupsi (sisip)
a. Bentuk Analisis Struktural
Teknik ini memungkinkan untuk menyisipkan suatu unsur
atau satuan lingual baik berupa partikel (huruf jar, huruf nasab, dan
lain sebagainya) tertentu terhadap suatu konstruksi ayat Alqur’an. Unsur atau
satuan lingual yang dimaksud dapat berupa harf
(partikel), fi’il (verba), isim (nomina), jumlah (kalimat). Teknik intrupsi dari bentuk fiil (verba) bisa
berupa (1) sisipan preposisi+verba dan intrupsi
dari bentuk isim (nomina).
Contoh:
(8a)
|
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ [---] فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَأِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ
يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
|
|
(8b)
|
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ [عن
النطق] فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَأِ
اللَّهُ [اضلاله] يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ [هدايته] يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
|
|
(8a)
|
Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak dan bisu, (mereka
berada) dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Aliali niscaya
disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah, niscaya Dia
menjadikannya berada di atas jalan yang lurus (QS.Al-An’am, 6: 39)
|
|
(8b)
|
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami adalah pekak dan bisu [dari
mengucapkan kebenaran], mereka berada dalam gelap gulita. Barang siapa
yang dikehendaki Allah [kesesatannya] niscaya disesatkan-Nya.
Dan barangsiapa yang dikehendaki oleh All all [untuk diberi-Nya petunjuk]
niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.
|
b. Urgensi Metodologis
Teknik ini dipergunakan untuk mengukur keintian suatu
kalimat dalam sebuah ayat. Jika dalam sebuah kalimat atau ayat terdapat satuan
lingual yang tidak dapat dilesapkan maka satuan lingual tersebut termasuk
kategori inti. Namun sebaliknya jika bisa dilesapkan maka termasuk kategori
periferal.
4. Teknik
Lesap (Delisi)
a. Bentuk Analisis Struktural
Teknik lesap (delisi) memungkinkan suatu unsur atau suatu
satuan lingual yang menjadi unsur dan sebuah konstruksi sebuah ayat Alqur'an
dilesapkan atau dihilangkan serta akibat-akibat struktural apa yang terjadi
dari pelesapan itu. Teknik ini pada hakekatnya adalah pengurangan unsur dari
sebuah konstruksi ayat Alqur'an. Pelesapan bisa terjadi baik pelesapan berupa
huruf (preposisi) maupun pelesapan berupa jumlah
mu'taridhah (anak kalimat).
Contoh:
(8a)
|
ويوم نحشرهم
جميعا ثم نقول للذين أشركوا أين شركاؤكم الذين كنتم تزعمون
--
|
(8b)
|
ويوم نحشرهم
جميعا ثم نقول للذين أشركوا أين شركاؤكم الذين كنتم تزعمونـ--[--ـه شركاء]
|
(8a)
|
Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami
menghimpun mereka semuanya, kemudian kami berkata kepada orang-orang musyrik:
Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dahulu kamu duga (QS. Al-An’am,
|
(8b)
|
Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami
menghimpun mereka semuanya, kemudian kami berkata kepada orang-orang musyrik:
Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dahulu kamu duga [---sekutu-sekutu kami---]
|
b.
Urgensi Metodologis
Teknik ini dipergunakan
untuk melihat unsur satuan ayat Alqur’an yang bersifat inti (ashalah)
dan yang bersifat periferal (taba’ah) suatu konstruksi gramatikal. Keintian
(ashalah) dan ke-periferalan menuntuk
hukum pokok dan hukum yang mengikuti jika hal itu terkait dengan aspek yuridis.
5. Teknik
Permutasi (Balik)
a. Bentuk Analisis Struktural
Teknik permutasi (balik) ialah
kemungkinannya unsur-unsur (langsung) dari sebuah satuan atau konstruksi ayat
Alqur'an dibalikkan urutannya. Teknik ini bertujuan menguji
tingkat keketatan relasi antarunsur (langsung) suatu konstruksi ayat atau
satuan lingual tertentu. Teknik ini
berlaku baik pada susunan (jumlah) yang didahului oleh harf syarth maupun
didahului khabar muqaddam.
Contoh :
(9a)
|
قَالَ يَاقَوْمِ أرْهِطِي أَعَزّ
عَلَيْكُمْ مِنَ
اللهِ وَاتَّخَذْتمُوُهُ وَرَاءَكُمْ ظِهْرِيًّا إنَّ رَبِّيْ ِبمَا تَعْمَلُوْنَ
مُحِيْطٌ
|
(9a)
|
Syu’aib menjawab: “Hai
kaumku, apakah keluarga lebih terhormat menurut pandanganmu dari pada Allah,
dan [kamu menjadikan Allah di belakang punggungmu]. Sesungguhnya
(pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud 11:92).
|
Ayat
di atas diuraikan oleh Al-Zamakhsyari dengan menggunakan teknik permutasi dan
teknik substitusi sebagai berikut.
(10a)
|
وَاتَّخَذْتمُوُهُ
وَرَاءَكُمْ ظِهْرِيًّا
|
(10b)
|
ونسيتموه
وجعلتموه كالشئ المنبوذ وراء الظهر لا يعبأ به
|
(10c)
|
وجعلتم
الله خلف ظهوركم لا تطيعونه ولا تعظمونه كالشئ المنبوذ وراء الظهر لا يعبأ به
|
(10a)
|
Dan kamu
jadikan Allah di belakang punggungmu
|
(10b)
|
Dan kamu
melupakan Allah dan kamu jadikan-Nya seperti sesuatu yang terbuang di
belakang punggung yang tidak diperhitungkan (keberadaannya)
|
(10c)
|
Dan kamu
jadikan Allah di belakang punggungmu yang tidak kamu taati dan agungkan
seperti sesuatu yang terbuang di belakang punggung yang tidak diperhitungkan
(keberadaannya). . (Al-Zamakhsyari, I/30)
|
Kata وَرَاءَكُمْ
ظِهْرِيًّا pada contoh ayat (14a)
oleh al-Zamakhsyari (14c) dipermutasikan (dibalik) bahwa bentuk pronomina yang
semula berada di tengah kata lalu diletakkan di belakang kata, sedangkan kata وَرَاءَ diganti (substitusi)
dengan خلف
sehingga menjadi خلف ظهوركم ‘di belakang punggungmu’. Dengan pola demikian
ini tampak semakin jelas maksud ayat tersebut.
b. Urgensi Metodologis
Teknik
permutasi biasanya dipergunakan untuk bentuk-bentuk susunan inversi, seperti
kalimat berstruktur khabar muqaddam (mendahulukan khabar dan
mengakhirkan mubtada’) dan
mendahulukan objek (maf’ul bil) dari pada fi’il-nya.
E. Simpulan
Berdasarkan data dan analisis data diperoleh
kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Metode
Distribusional yang kemudian diturunkan ke dalam teknik-teknik analisis lingual
seperti substitusi (teknik ganti), ekspansi (teknik perluas), intrupsi (teknik
sisip), delisi (teknik lesap), dan teknik permutasi (balik) dipergunakan untuk
memahami maksud ayat oleh kalangan para penafsir, terutama tafsir-tafsir bi al-ra’y seperti Jalalain,
al-Kasysyaf, dan lain-lain. Kedua, penggunaan
keempat macam bentuk teknik tersebut yang paling menonjol adalah teknik
substitusi-intrupsi-ekspansi-delisi. Teknik substitusi untuk menjelaskan
padanan kata atau relasi semantik senonimiknya, teknik intrupsi dipergunakan
untuk menjelaskan bentuk-bentuk majas (kalimat-kalimat yang dipenggal untuk
pemadatan makna), teknik perluas dipergunakan untuk menjelaskan maksud ayat
agar dipahami lebih luas, dan teknik delisi dipergunakan untuk menjelaskan ayat
yang memiliki nilai keintian dan ketidakintian (periferal).
Daftar Pustaka
Al-Aridl, Ali Hasan. 1994. Sejarah dan Metodologi
Tafsir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Al-Suyuti, Abdurrahman Jalaluddin. tt. Tafsir Alqur’an Al-Adhim. Beirut:
Dar al-Fikr.
Altenbernd, Lynn, dan
Lislie L.Lewis. 1970. A Handbook for The Study of
Poetry. London :
Collier-MacMillan Ltd.
Al-Zamakhsyari,
Abu Qasim Muhammad Jarullah Mahmud ibn Umar. 1966. Al-Kasysyaf an Haqaq-i al-Tanzil wa 'Uyu al-Aqawil fi
al-Wujuh al-Tanzil. Kairo: Maktabah
Mustafa Al-Babi Al-Halabi.
Subroto, HD. Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian
Linguistik Struktural. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Fatimah Djajasudarma. 1993. Metode Linguistik:
Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung : Eresco.
Saussure,
Ferdinand de. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah University
Press.
Sudaryanto.
1992. Metode Linguistik: Ke Arah Memahami
Metode. Yogyakarta: Duta
Wacana University
Press.
________. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis
Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta:
Duta Wacana University
Press.
_______.
Linguistik: Identitas, Cara Penanganan Objeknya, dan Hasil Kajiannya.
Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.
Verhaar,
J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Syukron Atas Kunjungan
Anda..
Mohon Luangkan waktu
ANDA sebentar untuk MengKlik Web diBawah ini.
karena Kami sangat membutuhkan bantuan ANDA..
karena Kami sangat membutuhkan bantuan ANDA..
Posting Komentar
Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..