Kita sepakat bahwa untuk
dapat membangun peradaban yang tinggi harus dimulai dengan memajukan pendidikan
terlebih dahulu. Oleh karena itu maju tidaknya suatu negara ditentukan oleh
tingkat kualitas pendidikan di dalamnya. Semakin bagus mutu / kualitas
pendidikan suatu negara maka semakin maju peradaban yang dibangunnya.
Anak didik sebagai salah
satu komponen pendidikan di dalamnya merupakan salah satu faktor terpenting
dalam terlaksananya proses pendidikan. Selain sebagai objek manusia juga
sebagai subjek dalam pendidikan, sehingga kedudukannya dalam proses
kependidikan menempati posisi urgen sebagai syarat terjadinya proses
pendidikan.
Berangkat dari urgensitas pendidikan dalam membangun sebuah peradaban, maka banyak para kaum intelektual yang mencoba mengkajinya lebih dalam sampai keakar permasalahannya.
Ibn Khaldun, seseorang yang terkenal sebagai sejarawan, sosiolog, dan juga antropolog, mencoba mengemukakan gagasan pemikirannya mengenai anak didik, yang dalam hal ini anak didik menduduki objek sekaligus subjek dalam pendidikan.
Berangkat dari urgensitas pendidikan dalam membangun sebuah peradaban, maka banyak para kaum intelektual yang mencoba mengkajinya lebih dalam sampai keakar permasalahannya.
Ibn Khaldun, seseorang yang terkenal sebagai sejarawan, sosiolog, dan juga antropolog, mencoba mengemukakan gagasan pemikirannya mengenai anak didik, yang dalam hal ini anak didik menduduki objek sekaligus subjek dalam pendidikan.
Menurut Husayn Ahmad
Amin (1995), dengan latar belakang seorang sosiolog, maka dalam bebagai
kajiannya Ibn Khaldun bersandar sepenuhnya kepada pengamatan terhadap fenomena sosial
dalam berbagai bangsa yang di dalamnya dia hidup.
Begitu pula dalam pemikirannya mengenai anak didik, ia mengaitkannya dengan aspek sosial yaitu hubungan anak didik dengan lingkungan dan masyarakat disekitarnya.
Lebih lanjut diterangkan, Ibnu Khaldun melihat manusia tidak terlalu menekankan pada segi kepribadiannya sebagaimana yang acapkali dibicarakan para filosof, baik itu filosof dari golongan muslim atau non-muslim. Ia lebih banyak melihat manusia dalam hubungannya dan interaksinya dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Dalam konteks inilah ia sering disebut sebagai salah seorang pendiri sosiolog dan antropolog.
Begitu pula dalam pemikirannya mengenai anak didik, ia mengaitkannya dengan aspek sosial yaitu hubungan anak didik dengan lingkungan dan masyarakat disekitarnya.
Lebih lanjut diterangkan, Ibnu Khaldun melihat manusia tidak terlalu menekankan pada segi kepribadiannya sebagaimana yang acapkali dibicarakan para filosof, baik itu filosof dari golongan muslim atau non-muslim. Ia lebih banyak melihat manusia dalam hubungannya dan interaksinya dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Dalam konteks inilah ia sering disebut sebagai salah seorang pendiri sosiolog dan antropolog.
Menurutnya, keberadaan
masyarakat sangat penting untuk kehidupan manusia, karena sesungguhnya manusia
memiliki watak bermasyarakat. Ini merupakan wujud implementasi dari kedudukan
manusia sebagai makhluk sosial, yang secara harfiahnya selalu membutuhkan orang
lain dalam hidupnya. Salah satu contoh yaitu dengan adanya oganisasi
kemasyarakatan.
Melalui organisasi kemasyarakatan tersebut manusia juga dapat belajar bagaimana seharusnya menjadi orang yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dengan demikian maka secara tidak langsung manusia lambat laun akan menemukan watak serta kepribadiannya sendiri.
Manusia bukan merupakan produk nenek moyangnya, akan tetapi, lingkungan sosial, lingkungan alam, adat istiadat.
Melalui organisasi kemasyarakatan tersebut manusia juga dapat belajar bagaimana seharusnya menjadi orang yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dengan demikian maka secara tidak langsung manusia lambat laun akan menemukan watak serta kepribadiannya sendiri.
Manusia bukan merupakan produk nenek moyangnya, akan tetapi, lingkungan sosial, lingkungan alam, adat istiadat.
Karena itu, lingkungan
sosial merupakan pemegang tanggungjawab dan sekaligus memberikan corak perilaku
seorang manusia. Hal ini memberikan arti, bahwa pendidikan menempati posisi
sentral dalam rangka membentuk manusia ideal yang diinginkan. Pendidikan
sebagai suatu upaya dalam membentuk manusia ideal, mencoba mengajarkan dan
mengajak manusia untuk berpikir mengenai segala sesuatu yang ada di muka bumi,
sehingga hasrat ingin tahunya dapat terpenuhi.
Ibn Khaldun memandang
manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan berbagai makhluk lainnya. Manusia,
kata Ibn Khaldun adalah makhluk berpikir. Oleh karena itu ia mampu melahirkan
ilmu (pengetahuan) dan teknologi. Dan hal itu sebagai bukti bahwa manusia
memang memiliki tingkatan berpikir yang lebih tinggi dibanding dengan makhluk
lainnya.
Disamping memiliki pemikiran yang dapat menolong dirinya untuk menghasilkan kebutuhan hidupnya, manusia juga memiliki sikap sikap hidup bermasyarakat yang kemudian dapat membentuk suatu masyarakat yang antara satu dengan yang lainnya saling menolong.
Disamping memiliki pemikiran yang dapat menolong dirinya untuk menghasilkan kebutuhan hidupnya, manusia juga memiliki sikap sikap hidup bermasyarakat yang kemudian dapat membentuk suatu masyarakat yang antara satu dengan yang lainnya saling menolong.
Dari keadaan manusia
yang demikian itu maka timbullah ilmu pengetahuan dan masyarakat. Ilmu yang
demikian mesti diperoleh dari orang lain yang telah lebih dahulu mengetahuinya.
Mereka itulah yang kemudian disebut guru. Agar tercapai proses pencapaian ilmu
yang demikian itu, maka perlu diselenggarakan kegiatan pendidikan. Pada bagian
lain, Ibn Khaldun berpendapat bahwa dalam proses belajar atau menuntut ilmu
pengetahuan, manusia disamping harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat.
Menurutnya, dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak
hanya membuuhkan ketekunan, tetapi juga bakat. Berhasilnya suatu keahlian dalam
satu bidang ilmu atau disiplin memerlukan pengajaran.
Dalam Al Qur`an sendiri
manusia terdiri dari materi (jasad) dan immateri (ruh, jiwa, akal, qalb). Jika
dihubungkan dengan pendidikan, maka manusia yang diberi pendidikan itu adalah
jiwa dan akalnya. Pendidikan pada manusia adalah suatu proses pengembangan
potensi jiwa dan akal yang tumbuh secara wajar dan seimbang, dalam masyarakat
yang berkebudayaan.
https://www.facebook.com/AqilaTambun?bookmark_t=page
https://www.facebook.com/pages/Pondok-Yatim-Daarussalam/146836378807157?ref=hl
https://www.facebook.com/PrismaDaarussalam?ref=hl
Posting Komentar
Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..