’Ala kulli hal, yang ingin kita
sampaikan disini adalah bahwa ’Perayaan Tahun Baru’ dan derivatnya
bukanlah berasal dari Islam. Bahkan berasal dari praktek pagan Romawi
yang dilanjutkan menjadi perayaan dalam Kristen. Dan mengikuti serta
merayakan Tahun baru adalah suatu keharaman di dalam Islam.
Dari segi budaya dan gaya hidup,
perayaan tahun baruan pada hakikatnya adalah senjata kaum kafir
imperialis dalam menyerang kaum muslim untuk menyebarkan ideologi setan
yang senantiasa mereka emban yaitu sekularisme dan pemikiran-pemikiran
turunannya seperti pluralisme, hedonisme-permisivisme dan konsumerisme
untuk merusak kaum muslim, sekaligus menjadi alat untuk mengeruk
keuntungan besar bagi kaum kapitalis.
Serangan-serangan pemikiran yang
dilakukan barat ini dimaksudkan sedikitnya pada 3 hal yaitu (1)
menjauhkan kaum muslim dari pemikiran, perasaan dan budaya serta gaya
hidup yang Islami, (2) mengalihkan perhatian kaum muslim atas
penderitaan dan kedzaliman yang terjadi pada diri mereka, dan (3)
menjadikan barat sebagai kiblat budaya kaum muslimin khususnya para
pemuda.
Ketiga hal tersebut jelas terlihat pada
perayaan tahun baru yang dirayakan dan dibuat lebih megah dan lebih
besar daripada hari raya kaum muslimin sendiri. Tradisi barat merayakan
tahun baru dengan berpesta pora, berhura-hura diimpor dan diikuti oleh
restoran, kafe, stasiun televisi dan pemerintah untuk mangajarkan kaum
muslimin perilaku hedonisme-permisivisme dan konsumerisme.
Kaum muslim dibuat bersenang-senang agar
mereka lupa terhadap penderitaan dan penyiksaan yang terjadi atas
saudara-saudara mereka sesama muslim. Dan lewat tahun baruan ini pula
disiarkan dan dipropagandakan secara intensif budaya barat yang harus
diikuti seperti pesta kembang api, pesta minum minuman keras serta
film-film barat bernuansa persuasif di televisi.
Semua hal tersebut dilakukan dengan
bungkus yang cantik sehingga kaum muslimin kebanyakan pun tertipu dan
tanpa sadar mengikuti budaya barat yang jauh dari ajaran Islam. Anggapan
bahwa tahun baru adalah “hari raya baru” milik kaum muslim pun telah
wajar dan membebek budaya barat pun dianggap lumrah.
”Sungguh kamu akan mengikuti (dan
meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang
serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk
liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat
bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani-kah?” Beliau
menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhari dan Muslim)
Walhasil, kaum secara i’tiqadi
dan secara logika seorang muslim tidak layak larut dan sibuk dalam
perayaan haram tahun baruan yang menjadi sarana mengarahkan budaya kaum
muslim untuk mengekor kepada barat dan juga membuat kaum muslimin
melupakan masalah-masalah yang terjadi pada mereka.
Dan hal ini juga termasuk
mengucapkan selamat Tahun Baru, menyibukkan diri dalam perayaan tahun
baru, meniup terompet, dan hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan
orang-orang kafir.
Wallahua’lam
Posting Komentar
Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..