* Buletin PRISMA *
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun
kota Jakarta, lebih baik kita bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya
sendiri. Paling minimal punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya
sebelum ia memperbaiki keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui
kekurangan dirinya. Jangan sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan
sampai kita bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak
mempunyai diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah
membuat kita berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang
bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki
dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri
sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak
mengetahui apa yang mesti diperbaiki.
Kita harus mengawali segalanya dengan
egois dahulu, sebab kita tidak bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri
saja tidak terperbaiki. Seorang ustad akan terkesan omong kosong, jika ia
berbicara tentang orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar.
Dalam bahasa Al-Qur’an, "Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang
berkata yang tidak diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh
mulai mengajak suaminya. Seorang anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang
bos yang berusaha memperbaiki diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat
mereka tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh.
Mudah-mudahan dengan kegigihan
memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau sudah daya
tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk bangsa kita ini.
Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjutnya adalah mau dibawa
kemana rumah tangga kita ini, apakah mau bermewah-mewahan, mau pamer bangunan
dan kendaraan atau rumah tangga kita ini adalah rumah tangga yang punya
kepribadian yang nantinya akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita
ini menjadi rumah tangga yang hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari
cinta dunia ini. Orang sekarang menyebutnya materialistis.
Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya
terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat
ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia ini
tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang kita
kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk menjadi malu
dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan
menjadi begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti
akan terjadi suasana di rumah tidak goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi
tidak ada apa-apanya dan tidak sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’, ia
punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu
persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak
merasa memiliki hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja
karena sama saja cuma menumpang di dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan
tidak minder, suasana kantor yang iri dan dengki jadi minimal.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan
berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada dunia, tidak tamak, tidak licik,
tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional.
Sekarang kita sedang krisis, masa ini
dapat menjadi momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang
meningkat, ini kesempatan kita buat berdakwah.
Mau naik berapa saja harganya tidak
apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang penting
adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak cukup
tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita
lengkap dengan rezekinya.
Mulai dari buyut kita yang lahir ke
dunia tidak punya apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat
berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini
masih makan terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini.
Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah
menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup. Semua
orang sudah ada rezekinya.
Dan barangsiapa yang hatinya akrab
dengan Allah dan yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain
Allah, kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan
mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh
Allah.
Jadi kecukupan kita bukan banyak uang,
tetapi kecukupan kita itu bergantung dengan keyakinan kita terhadap Allah dan
berbanding lurus dengan tingkat tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai
dengan prasangka hamba-Ku". Jadi jangan panik. Allah penguasa semesta
alam.
Ini kesempatan buat kita untuk
mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan.
Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit, musibah
itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak punya iman,
ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana.
Jadi kita tidak punya alasan untuk
panik. Krisis seperti ini ada diman-mana, kita harus kemas agar berguna bagi
kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik terjadi pada diri kita, tapi
kita bisa kemas agar menjadi yang terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa
mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat penghinaan orang
menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Hal pertama yang harus kita jadikan
rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik
kepada Allah, yang ketiga adalah Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa
yang pandai mensyukuri nikmat yang ada, Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi
jangan takut dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai
mensyukuri yang telah ada.
Jadi dari pada kita sibuk memikirkan
harga barang yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada.
Karena dengan mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi
nikmat itu sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi
fitnah. Ada orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia
jadi mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat
membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah
jika yang ada tidak kita syukuri.
Satu contoh hal yang disebut kurang
syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan,
boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang
kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang
itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang
kepada merk termasuk yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi.
Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun.
Harus siap-siap menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk
mengejar kemewahannya, untuk menjaganya
dan untuk perawatannya.
Dia juga akan disiksa oleh kotor hati
yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu
membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat.
Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi
keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita
terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang bagus
itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau proporsional. Kalau
Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti kita ini hidup
bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.
Kalau kita terbiasa hidup bersahaja
peluang riyanya kecil. Tidak ada yang perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat
orang iri. Dan anehnya orang yang bersahaja itu punya daya pikat tersendiri.
Pejabat yang bersahaja akan menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh
dan bersahaja selalu bikin decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat
simpati.
Juga harus hati-hati kita sudah
capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat sekarang ini akan
dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati budaya syukur dengan
hidup proporsional.
Jangan capai dengan gengsi, hal itu akan
membuat kita binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita.
Percayalah rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup
proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki
singgasana, istana bahkan tanda jasa sekalipun hanya memakai surban Tetapi
tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun sampai sekarang. Ada orang kaya dapat
mempergunakan kekayaannya. Dia bisa beruntung jika ia rendah hati dan dermawan.
Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana
ingin kelihatan kaya inilah yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan,
segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai
karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang
mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi mulia.
Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk
membeli yang mahal-mahal, yang bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu
sebenarnya tidak menjual barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan.
Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan
sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang terakhir juga
dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta
jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak
saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu
mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat. Kita harus
bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak ada yang kecil
dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih
dengan lima sampai tujuh gayung tapi mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu
beli air tetapi bukan untuk boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya,
hematlah kuncinya.
Kalau merokok biaya yang kita keluarkan
adalah besar hanya untuk membuang asap dari mulut kita. Jangan cari alasan.
Seharusnya sudah saatnya berhenti merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah.
Kemudian sabun mandi, jangan memakai
sesuka kita, takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita
bisa hemat tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah
atau menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi
harta kita kecuali bertambah dan bertambah.
Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin
oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin
membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak
ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman
dengan punya tabungan, tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil
itu semua tanpa terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah.
Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua
harta tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah.
Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan
berarti pelit. Proporsional atau adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP,
kalau tidak terlalu perlu jual saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk
gaya saja. Penghematan akan mengundang barokah inilah yang disebut syukur
nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap
rupiah yang Allah titipkan.
Hal lain yang membuat barokah adalah
jika kita dapat mendayagunakan semua barang-barang kita. Di gudang kita pasti
banyak barang yang tidak kita pakai tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat
lemari pakaian kita banyak baju-baju lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita.
Keluarkanlah barang-barang yang tidak berharga tersebut.
Misalkan dirumah kita ada panci yang
sudah rongsokan, jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang
lain. Di rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan
kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita terjamin.
Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih
menjamin rezeki kita daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang
yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang
rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih
baik rusak digunakan orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan
barokah rezekinya.
Ini kalau kita ingin terjamin, namanya
teori barokah. Kita tidak akan terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah
berapa banyak sarjana ekonomi yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini
tetapi Indonesia masih saja babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua
adalah total hemat, ketiga adalah keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat
adalah setiap kita mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat.
Kalau mau belanja niatkan jangan hanya
mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah barang di warung pengusaha
kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau
itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi
Muhammad SAW bahkan kalau beli barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang
sebenarnya. Tidak akan berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih
barang-barang yang bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung
jika membuat sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita
sendiri untung orang lain tidak.
Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya
ketika karyawannya diperas tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita
berfoya-foya, demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan
berfoya-foya, ia akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri,
yang ada adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih
sehat. Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya
menderita. Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti
yang terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan
mereka, anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan
uang harus menolong orang, membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus
multi manfaat bukan hanya dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil
mungkin uangnya untuk menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena,
Subhanallah.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak
positif kalau kita bisa mengemasnya dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah
kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup
hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban dengan banyaknya barang.
Barang yang ada di rumah harus ada nilai
tambahnya, bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya
misalnya untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat
biaya tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang
yang seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal
kita kreatif saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya.
Sebagai amalan lainnya, dalam situasi
sesulit apapun tetaplah menolong orang lain karena setiap kita menolong orang
lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin pahit, makin getir harus makin
produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun
kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak
parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang,
dahulukan saja, kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika
kita sedang mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan
mengalah berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.
Jadi insya Allah kalau hati kita sudah
berbenah baik, krisis ini akan lebih membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak
akan kemana-mana kecuali menunggu mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita
pasti mati tidak membawa apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini.
Alhamdulilahirobil’alamin
Bundel by PRISMA --- Juni ‘12
Syukron Atas Kunjungan
Anda..
Mohon Luangkan waktu
ANDA sebentar untuk MengKlik Web diBawah ini.
karena Kami sangat membutuhkan bantuan ANDA..
karena Kami sangat membutuhkan bantuan ANDA..
Posting Komentar
Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..