* Buletin PRISMA *
Saudaraku para tamu Allah dan juga
saudaraku di Tanah Air yang kali ini atas izin Allah bisa merasakan getaran
orang-orang yang bersyukur di tanah Arafah. Inilah saat yang paling dirindukan
oleh orang-orang yang beriman, saat diundang ke tanah di mana Allah
menghadapkan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat di hari Arafah. Pada saat
inilah Allah menjanjikan pembebasan dari api jahanam sebanyak-banyak
hamba-hamba-Nya. Dan pada hari ini Allah juga menjanjikan diampuni lumuran
dosa-dosa, dihapus aib-aib yang menyelimuti, kerak-kerak kenistaan
disingkirkan, dibukanya lembaran-lembaran baru yang putih bersih.
Saudaraku para tamu Allah. Begitu banyak
orang yang bertawakal dan bersimpuh di hadapan Allah. Diseluruh pelosok negeri.
Mungkin di pedesaan, di lereng-lereng, maupun dipersawahan. Mereka ini mungkin
siang malam bersandar kepada Allah. Mereka tiada henti memuja Allah. Bahkan
mungkin bisa jadi kedudukan mereka lebih tinggi di sisi Allah dibanding kita
yang sehari-hari melumuri diri dengan dosa, lebih banyak dipakai memuaskan diri
kita dibanding memuaskan perintah Allah. Tapi sampai sekarang mereka belum
pernah merasakan nikmatnya jamuan Allah di Arafah ini. Inilah saatnya kita
harus merasa malu. Karena, lebih banyak orang yang berhak wukuf di Arafah ini
dibanding kita.
Kita lihat orang di keningnya berbekas
dengan bekas sujud hanya bisa menangis sepanjang hayatnya untuk bisa dijamu
oleh Allah di Padang Arafah ini. Tapi, kapan kita melakukan seperti itu? Karena
itu, saudaraku yang hadir di bumi Arafah ini, hari ini adalah hari buat kita
untuk bersyukur. Bisa jadi kita hadir di tempat ini bukan karena kesalehan
kita. Kehadiran kita di sini mungkin karena ridlo Allah atas orang-orang yang
kita sakiti yang mereka balas sakit hatinya dengan doa kemuliaan bagi kita.
Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa fakir miskin yang kita lempar
dengan uang seratus rupiah tapi mereka menerimanya dengan ridlo dan memohon
kepada Allah agar mengampuni kita.
Mungkin kita berada di tempat ini berkat
doa para pembantu yang tidak pernah kita hargai jasa baiknya tetapi mereka
sabar bangun malam dan meminta kita diberi hidayah. Mungkin kita berada
ditempat ini karena doa orang tua kita yang tiada henti-hentinya agar memilik
ianak yang saleh dan salehah, padahal begitu sering kita melukai hatinya. Atau,
mungkin kita berada di tempat ini karena doa anak-anak kita yang sering
dikecewakan contoh buruk yang kita lakukan sehingga mereka meminta kepada Allah
agar memiliki orang tua yang saleh dan salehah. Tentunya tiada kebaikan yang
mengantar kita ke tempat ini selain kemurahan Allah yang Maha Agung. Kita
berutang banyak saudara-saudaraku sekalian.
Baiklah saudara-saudaraku sekalian.
Tidak ada jalan bagi kita untuk menjadi sombong dan takabur dengan jamuan Allah
di Arafah ini kecuali kita harus malu dan jujur kepada diri sendiri. Harta yang
Allah titipkan kepada kita, tak jarang kita nafkahkan sekadar sisa dari uang
jajan kita. Zakat enggan kita bayarkan. Sedekah bagi orang yang paling lusuh
dengan cara yang paling memalukan. Bahkan, kita lebih suka membelikan
barang-barang yang mahal untuk kita pamerkan kepada makhluk dari pada
menafkahkan harta di jalan Allah untuk bekal kepulangan kita.
Lalu lihatlah bagaimana kita bersujud
kepada Allah. Dari 24 jam satu hari Allah memberikan waktu kepada kita, sujud
sering kita percepat. Bahkan, kalau perlu hampir kita tidak pernah ingat kepada
Allah yang Maha Agung. Di manakah letak amal baik kita? Nikmat dari Allah tiada
henti dan tiada putus. Sedangkan pengkhianatan kita tiada henti dan tiada
terputus. Entah mengapa Allah memberi kesempatan kita berada di tanah Arafah
ini? Rasanya lebih banyak orang yang lebih layak untuk dimuliakan Allah saat
ini.
Saudara-saudaraku sekalian. Hari ini
Allah menurunkan para malaikat di sekitar tenda. Sebagian para malaikat sudah
menyaksikan aib-aib yang ada pada diri kita. Sebagian malaikat yang lain tahu
secara persis siapa diri kita, ada yang mencatat kata-kata kita yang begitu
jarang menyebut nama Allah. Lalu mereka tahu betapa banyaknya orang yang
terluka hatinya, tercabik-cabik perasaannya. Allah maha tahu fitnah yang
tersebar karena lisan kita selama ini, berapa banyak orang yang terjerumus ke
dalam maksiat karena kita yangmenunjukkannya. Di antara malaikat yang hadir
saat ini ada yang menyaksikan kita mendekati zina dengan mata kita, dengan
lisan kita, karena tiada yang tersembunyi bagi Allah.
Sesungguhnya hari ini adalah hari yang
paling malu bagi kita. Orang busuk seperti kita ini diberi kesempatan berada di
tempat mulia, bahkan amal-amal yang paling tidak disukai Allah kita pun sering
melakukannya. Kesombongan, ketakaburan adalah amal yang membuat iblis dilaknat
oleh Allah selamanya. Tidak akan pernah selamat masuk surga orang yang di dalam
hatinya ada takabur walau sebesar biji zarah. Lihatlah apa yang Allah titipkan
bagi jalan kesombongan bagi kita. Otak kita dicerdaskan sedikit oleh Allah.
Kita diberi kesempatan sekolah, kesempatan kuliah. Namun malah membuat kita
jadi petentang-petenteng menganggap rendah orang tua kita yang pendidikannya
tidak setinggi kita. Menganggap rendah pembantu kita yang pendidikannya tidak
setinggi kita. Menganggap rendah orang lain yang tidak pernah mengenyam pendidikan
setinggi kita. Padahal, demi Allah, saudara-saudaraku, otak ini adalah milik
Allah. Jikalau Allah mengambil beberapa bagian saja, niscaya kita tidak bisa
mengingat apa pun.
Sungguh! Gelar, pangkat adalah lambang
kebodohan bagi orang-orang yang takabur. Malu kita ini mengapa diberi otak yang
sulit mengenal Allah. Padahal, otak kita ini tunduk mengejar keagungan Allah.
Kita diberikan harta yang cukup. Tapi kita sering tidak mempedulikan dari mana
harta itu kita dapatkan. Yang haram kita ambil, hak orang lain kita tahan.
Zakat lupa kita bayarkan. Kita lumuri diri kita dengan kenistaan. Naudzubilah
min dzalik. Tapi kita bangga dengan kendaraan yang mewah, dengan rumah yang
megah, dengan perhiasan. Padahal, sungguh, semua itu adalah sekadar titipan Allah,
yang Allah juga berikan kepada makhluk-makhluk nista lainnya. Para penjahat,
para pelacur, penzina, orang-orang yang durjana diberi dunia oleh Allah. Karena
dunia ini bukan tanda kemuliaan bagi seseorang. Dunia adalah fitnah, cobaan
bagi manusia. Sungguh malang bagi orang yang takabu dengan tempelan duniawi
padahal Allah menghinakan seseorang dengan duniawi itu sendiri.
Saudaraku-saudaraku sekalian.Waspadalah
sepulang dari tempat ini. Haji yang mabrur adalah haji yang merasa malu kepada
Allah. Allah memberikan nikmat tiada henti. Kita jarang mensyukurinya bahkan
kita mengkhianatinya. Allah yang Maha Agung, Allah yang Maha Perkasa,
memberikan kesempatan kali ini kepada kita untuk mengubah sisa umur kita.
Mungkin, mungkin kali ini adalah yang terakhir kali kita berada di tanah Arafah
ini. Tidak ada jaminan kita tahun depan bertemu kembali ditempat ini. Tanah
yang kita duduki ini akan menjadi saksi di akhirat nanti, Kita berangkat
mengeluarkan harta, waktu, dan tenaga. Kita lalui jalan berjam-jam sampai tempat
ini, tapi nikmat sekali. Itulah nikmat yang datang dari Allah. Nikmat adalah
pengorbanan. Rasululah SAW mulia bukan karena apa yang dimilikinya, tapi karena
pengorbanannya untuk umat. Harta yang dikorbankan, tenaga yang dikorbankan,
waktu yang dikorbankan, perhatian yang dikorbankan, demi kemaslahatan umat.
Sepulang dari sini tidak pernah akan bahagia kecuali orang yang paling
menikmati berkurban untuk orang lain. Yakinkanlah bahwa apa pun yang kita
miliki agar bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi hamba Allah. Sebaik-baik manusia
adalah orang yang banyak manfaatnya.
Saudaraku, percayalah bahwa kita tidak
akan bahagia dengan mengumpulkan uang. Justru kebahagiaan datang dengan
menafkahkan uang. Kita tidak bahagia dengan ingin ditolong orang lain. Kita
bahagia justru dengan menolong orang lain. Kita tidak akan bahagia dengan
dihormati orang lain, kebahagiaan hati kita dengan menghargai orang lain.
Jadikanlah diri kita menjadi orang yang tidak pernah berharap apa pun selain
dari Allah. Itulah kebahagiaan yang awal dari pelajaran kita. Yang kedua,
ingatlah baik-baik. Kain ihram yang kita pakai ini, ternyata inilah yang
menemani kita saat pulang nanti. Tidaklah harta, tidak pangkat, dan juga tidak
jabatan. Semua itu adalah topeng sejenak saja yang tidak berharga sama sekali,
kecuali penyandangnya memiliki rasa syukur dan takwa kepada Allah.
Saudaraku, sepulang dari tempat ini
pastikan jangan sembunyi di balik jabatan. Jangan bersembunyi di balik
penampilan yang bagus, jangan bersembunyi di balik rumah yang megah, jangan
bersembunyi di balik gelar yang bertenteng. Tapi bersembunyilah di balik Allah.
Harta, pangkat, dan jabatan tidaklah berharga kecuali orang yang bertakwa
kepada-Nya. Sekuat-kuatnya jangan ubah yang Allah titipkan ini menjadi jalan
kesombongan kita. Tiada yang dimuliakan oleh Allah, tiada satu pun yang
diangkat derajatnya oleh Allah kecuali orang-orang yang tawadhu. Tiada seorang
pun yang tawadhu di antara kamu semata-mata karena Allah, kecuali Allah akan
meninggikan derajatnya. Oleh karena itu, sepulang dari sini pastikanlah menjadi
orang yang paling rendah hati, yang tidak akan memamerkan topeng seperti ini.
Kecuali, insya Allah, kemuliaan akhlak yang menjadi andalan bekal kepulangan
dan kemuliaannya.
Dan yang ketiga, saudaraku sekalian,
sepulang dari haji ini ingatlah baik-baik bahwa ternyata Allah menciptakan haji
dengan pertemuan dari segala bangsa. Kulit hitam, mata sipit, yang tinggi, yang
buruk, yang cacat; mereka semua adalah saudara kita. Terkadang kita merasa
saudara karena darah, persaudaraan karena tempat, persaudaraan karena bangsa.
Tapi kita lihat disini, saudara kita begitu banyak. Pepatah mengatakan satu
musuh sudah mempersempit kehidupan kita, tapi memperbanyak teman tidak akan
pernah cukup. Sebab, memperbanyak teman adalah memperbanyak saudara.
Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara. Orang-orang yang merasakan
banyak saudara hidupnya akan lebih ringan. Kita berbelanja dengan harga yang
mahal, kita bersyukur karena bisa menafkahi pedagang yang masih saudara kita
sendiri. Kita naik kendaraan umum denganmembayar kelebihan, kita bahagia karena
sudah memberikan bekal bagi keluarga keturunan para sopir saudara kita sendiri.
Kita mendidik orang lain sehingga maju namun tidak berterima kasih tidak
apa-apa karena mereka adalah saudara kita sendiri. Semakin banyak yang bisa
kita bantu, Insya Allah semakin berbahagia dan ringan hidup kita ini.
Dan yang terakhir ingatlah baik-baik.
Hari ini adalah penutup lembaran lama kita. Sudah terlalu lama hidup kita
gunakan untuk mengkhianati Allah. Sudah terlalu banyak napas kita diisi lalai
pada Allah. Sudah terlalu banyak keringat kita terkuras untuk menzalimi
kebenaran, sudah terlalu banyak harta yang kita nafkahkan tidak dijalan Allah.
Saudaraku sekalian, mau ke mana lagi. Hidup hanya sekali dan sebentar. Esok
lusa mungkin malaikat maut sudah ada di hadapan kita.
Pastikan mulai saat ini, tekadkan dalam
hati kita, ya Allah tiada tujuan dalam hidup kami selain Engkau. Tiada yang
kami tuju selain pulang kepada-Mu, ya Allah. Dunia pasti kami tinggalkan, harta
kami tinggalkan, keluarga kami tinggalkan. Kami ingin bisa berjumpa dengan-Mu,
ya Allah. Tuntun dengan amal yang bisa membuat berjumpa dengan-Mu, ya Allah.
Tingkatkan kepada kami segala bekal yang bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu,
ya Allah. Karuniakan segala nikmat yang bisa membuat kami bisa mensyukuri agar
kami bisa berjumpa dengan-Mu. Bebaskan kami dari setiap harta dan kesibukan apa
pun yang tidak bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu. Barang siapa yang
merindukan berjumpa dengan Allah, niscaya hari-hari yang dinanti adalah
hari-hari pertemuan dengan Allah. Hari-hari yang diisi dengan bekal untuk
pulang. Hidup di dunia adalah kesenangan yang menipu sejenak saja.
Bundel by PRISMA --- Juni ‘12
Syukron Atas Kunjungan
Anda..
Mohon Luangkan waktu
ANDA sebentar untuk MengKlik Web diBawah ini.
karena Kami sangat membutuhkan bantuan ANDA..
karena Kami sangat membutuhkan bantuan ANDA..
Posting Komentar
Komentar Kritik dan Saran yang Membangun sangat Berarti bagi Kami.
Terimakasih sudah mampir di Blog yang Sederhana ini :D
Mohon untuk LIKE Pane Fage Pondok Yatim Daarussalam di Pojok Kanan Atas. Terimakasi..